Berkebun itu (Ternyata) Melangsingkan
Almarhumah mama saya sangat hobi berkebun. Beliau adalah seorang gardener handal. Halaman rumah kami selalu mempesona siapa saja yang datang berkunjung maupun sekedar lewat di depan rumah. Apapun yang mama tanam, selalu tumbuh subur! Bisa ditebak, halaman rumah kami hijau royo-royo, cantik oleh warna-warni bebungaan, juga penuh tanaman obat, bumbu, sayur-mayur dan buah-buahan. Belimbing sayur, pare, oyong, pandan, daun mangkokan, daun poh-pohan, pohon kunyit, kencur, cabe, daun sirih, lidah buaya, daun dewa. Pohon delima, anggur, pisang, jambu bangkok, jambu air, pepaya. Cocor bebek, kuping gajah, bunga sepatu, mawar, melati, sedap malam, gladiol, bougenville, kana, dan bunga-bungaan lain yang saya tidak tau nama-namanya. Koleksi anggrek memenuhi sisi dinding halaman yang berbatasan dengan tetangga dan pagar rumah. Pohon belimbing besar dan tinggi berbuah sepanjang tahun, biasa saya panjat dan duduki dahannya sambil mengunyah belimbing matang segar yang baru dipetik. Kami pernah memiliki pohon pakis yang dirawat mama sejak masih tunas sampai tumbuh besar dan berharga mahal, anggrek hitam yang langka, pohon sakura merah jambu yang bunganya sungguh rimbun ketika berbunga, hingga 3 batang pohon cengkeh besar dan tinggi di halaman! Saya ingat ketika pohon cengkeh itu berbunga, hasilnya sampai bisa dijual dengan hasil yang lumayan :).
Saya biasa melihat mama mengenakan sepatu botnya, duduk di atas dingklik di halaman rumah. Gunting tanaman, pot, ember, sekop kecil, berserakan di sekitarnya. Berbalut sarung tangan karet, tanpa ragu tangannya meraup tanah, menyekop pupuk kandang, mengatur pot, memangkas ranting, wajahnya serius tapi berseri-seri, tenggelam dalam suka cita merawat semua tanaman dengan penuh cinta!
Nah, kebetulan kemarin saya membaca sebuah artikel yang menerangkan hubungan antara kegiatan berkebun dengan penurunan berat badan. Ternyata aktifitas ini membakar kalori lumayan banyak. Seketika saya teringat mama dan kebun indahnya. Bagaimana tekunnya beliau merawat setiap tanaman, pastilah beratus-ratus kalori terbakar tanpa perlu pergi ke gym. Tips-tips dalam artikel ini sungguh cihuy, menyadarkan saya bahwa berkebun bisa jadi sebuah latihan fisik yang bisa kita jalankan tanpa merasa berolahraga, asalkan kita membiasakan diri memperhatikan beberapa hal penting. Seperti memulai dengan perlahan, memperhatikan postur dan posisi tubuh, menggerakkan tubuh dengan stabil dan halus, dan menyelaraskan antara gerakan otot perut dan punggung. Dan yang paling penting, atur pernapasan. Lalu tiap 10 menit berdiri dan meregangkan lengan, kaki, dan punggung. Ah, serasa full sweat yoga!
Lebih lengkapnya, sila langsung diklik: Tips Berkebun Untuk Menurunkan Berat Badan
Artikel yang sarat tips tersebut juga membuat saya teringat janji belajar berkebun di awal bulan depan bersama seorang teman yang punya lesung pipit di kedua belah pipinya. Meski mewarisi sebagian besar hobi mama, urusan berkebun ini entah kenapa belum pernah saya sentuh. Setelah membaca artikel tadi, saya jadi makin semangat berkebun! Dengan segala manfaatnya, mulai dari aspek olah fisik hingga ketahanan pangan organik, saya akhirnya bisa melakoni hobi mama berikutnya untuk saya tekuni. Setelah semua hal baik yang beliau wariskan, kini satu lagi menyusul saya teruskan.
Lagipula, kayaknya lucu juga main tanah ketika saya lagi bosan berenang atau lari di hutan, lalu beberapa bulan kemudian panen bumbu dapur dan sayur mayur. Atau memetik bunga aster segar untuk saya letakkan di atas meja dapur.
Comments
Anyway, saya juga punya tanaman cabe rawit hijau yang pedesnya super dahsyat di kebun sendiri. Sayangnya suami yang menanam. Saya cuma menikmati ajah. hehe. maklum emak2 rempong masih punya baby. halagh. alasaaan*pletak!