Sunday, August 31, 2014

Case Study - Food Photo Session for Soyjoy



For more than a year now my publisher's been kept waiting for my draft. My second book was supposed to be released this year, but realistically speaking, even the end of the year seems pretty ambitious. So when I posted this photo to NCC Food Photography Club on Facebook I thought it would help if I wrote an instruction for this particular session, just to get me going.

So here it is, the first scratch of my upcoming book, "Becoming A Food Photographer."

Hope you enjoy it.


---------------------------------------

Memotret makanan memiliki berbagai macam tujuan. Secara umum bisa digolongkan ke dalam pemotretan makanan untuk iklan, foto produk (kemasan, katalog, brosur), editorial (pelengkap resep atau artikel), resto, stock photo, story (blog, travel, etc.)

Mudah-mudahan nantinya kita bisa bahas macam-macam pemotretan makanan ini satu persatu ya.

Sesi foto untuk Soyjoy ini adalah untuk pembuatan booklet resep, sehingga ia masuk ke dalam editorial food photo. Berbeda dengan pemotretan iklan atau foto produk, foto untuk buku resep tidak harus licin sempurna tanpa cacat. Justru ia membutuhkan tampilan akhir yang alami dan bisa dimakan, bukan makanan "sempurna" seperti hamburger “bohongan” yang ada di iklan hamburger itu :)

Yuk kita ikuti langkah-langkahnya.

1. Tentukan konsep
Apakah anda seorang profesional yang memotret untuk klien ataupun seorang pehobi yang ingin menampilkan hasil jadi sebuah resep, pemotretan anda membutuhkan sebuah konsep awal.

Dalam kasus Soyjoy ini, klien menentukan bahwa makanan hendaknya tampil dalam style yang natural, cerah ceria, bright dan membangkitkan semangat. Karena booklet ini akan menyertai sebuah buku kesehatan mengenai diabetes, sehingga diharapkan bisa membangkitkan semangat baru bagi pembacanya yang merupakan para diabetesi.

Tema besarnya adalah: kedelai.

Bagaimana jika memotret untuk blog sendiri? Silakan tentukan konsep sederhana sesuka anda. Caranya bagaimana? Carilah inspirasi di blog-blog, majalah dan buku. Pilih foto-foto yang anda sukai, pelajari konsepnya, lalu tirulah.

2. Merencanakan warna dan memilih props.
Dari konsep yang sudah ditentukan, kita bisa mulai merencanakan warna dan memilih props yang akan digunakan.

Mematchingkan warna bisa dengan cara sederhana:
- memilih paduan warna kontras atau senada.
- Atau dengan cara yang lebih akurat: menggunakan color wheel.

Dari penentuan warna, maka kita bisa menentukan props yang akan digunakan. Kumpulkan semua props yang akan digunakan dalam satu tempat agar tidak cari-cari lagi. Tidak perlu mengeluarkan seluruh isi lemari, jaga pilihan tetap moderate. Tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit, supaya anda gak pusying.

Untuk pemotretan ini, karena klien meminta konsep seperti di atas, maka props dipilih berwarna netral terang: putih, bening, warna-warna natural pastel: hijau muda, cokelat muda, krem.
Garnish: cabai merah, slada segar, jeruk nipis, tempe mentah, edamame yang baru diseduh, kedelai kering.

3. Merencanakan lighting.
Mungkin ada yang akan menggunakan lampu, karena pemotretan harus malam hari? Atau seperti saya menjadi pengejar matahari? Dari arah mana?
Rencanakan bagaimana lighting anda. Ini akan menentukan jam berapa pemotretan bisa dilakukan dan sepagi apa anda harus bangun :)

Pemotretan ini menggunakan natural lighting dari jendela besar bervirtrase.

4. Koordinasi dengan tim dapur dan atau foodstylist.
Karena ini adalah pemotretan untuk 12 resep yang dibuat oleh tim dapur aliyas mbak Titin cs, maka saya harus ngobrol dengan mereka. Resep sudah harus di tangan anda dan anda jiwai dengan baik. Koordinasi dengan tim dapur dalam hal penyiapan garnish, proses pemasakan, dan finishing pada serving dish. Janjian dengan mereka kapan pemotretan akan dimulai.
“Mbak Titin, jam 8 bisa mulai motret?”
“Yaah, belom selesai bu. Jam 11 aja ya?”
Nah, yang seperti ini anda harus tangani. Bagaimana mengakali matahari tengah hari yang terlalu keras? Atau bagaimana supaya mbak Titin bisa siapkan makanan lebih awal? Negosiasikan semua keadaan, cari jalan tengah, akali setiap situasi.
Jika anda menggunakan jasa foodstylist, koordinasi mulai point 2 dilakukan bersama dengan foodstylist.

Dalam sesi foto ini saya bekerja sendiri, sehingga sehari sebelumnya sudah tawar-tawaran dengan mbak Titin. Karena beliau tidak bisa maju lagi dari jam 11, maka saya hanya bisa berdoa semoga langit mendung putih, haha.. Atau mau tidak mau saya harus mulai memotret jam 3-4 sore dengan resiko matahari keburu terbenam sebelum kelar pemotretan dan terpaksa dilanjutkan dengan menggunakan lampu.

5. Sesi Foto
Malam sebelumnya, pastikan baterai kamera dan cadangan terisi penuh, kabel dan semua peralatan lengkap masuk ke dalam tas. Esoknya, datang lebih awal, siapkan semua alat.

Pastikan semua alat dalam keadaan ready: kamera sudah di atas tripod, reflektor siap berdiri, meja sudah dialasi, props terjejer di satu tempat dalam keadaan mudah terlihat.
Siapkan meja atau kursi untuk anda meletakkan garnish, talenan dan pisau.
Siapkan tisu kering dan basah, lap, dan tempat sampah. Anda akan membutuhkannya.
Jika anda menggunakan “contekan”, letakkan contekan di dekat meja pemotretan.

Sesi foto dimulai.

Berdoa dan luruskan niat ikhlas karena Allah sebelum mulai bekerja. Ini PENTING.

Siapkan item pertama. Jika anda bekerja bersama foodstylist, ia bisa mulai styling ketika anda melakukan setting meja dan kamera, dan selanjutnya ketika anda sedang memotret.
Jika anda bekerja sendiri, mulailah mengatur obyek sesuai konsep, props dan garnish yang sudah anda siapkan.
Untuk hidangan berkuah, tuang di meja persiapan, lalu styling di meja foto.

Mulailah memotret tanpa atau dengan sedikit props, tambahkan atau kurangi sesuai hasil pemotretan.
Fokus pada konsep awal, jangan tergoda memasukkan terlalu banyak props. Jaga agar makanan tetap jadi pusat perhatian. Jangan biarkan warna atau property lain mencuri perhatian dari si makanan. Untuk makanan dengan warna yang kurang menarik, ciptakan kontras dengan menggunakan garnish atau props.
Ingatlah prinsip design berikut ini: Contrast, Repetition, Alignment, Proximity (mudah-mudahan lain waktu kita bisa membahas ini secara khusus ya)
Perbaiki terus komposisi dan angle, gunakan “rasa” dan “hati” anda, biarkan ia bicara dan menuntun anda.

Hati-hati terhadap fokus yang meleset. Selalu check bahwa fokus kamera jatuh tepat pada PoI (Point of Interest).

Untuk anda yang muslim, selalu ucapkan “bismillah” sebelum menekan tombol rana.

Selalu ambil 2 format foto: portrait dan landscape. Selalu sempurnakan tiap frame yang anda smbil. Jika sempat, ambil juga angle bird’s eye view, alias tegak lurus dari atas. Lagi ngetrend :)

Untuk sebuah foto, saya selalu mengambil beberapa versi aperture, mulai sekitar 2-2.8, 3.5-4.5 hingga 5.6-6.3. Biasanya 2 atau 3 jenis bukaan tiap foto.

  • Setting meja dan lighting sesi foto Soyjoy ini adalah seperti pada ilustrasi berikut:


  • Pemotretan berlangsung sekitar jam 11 pagi, alhamdulillah mendung putih! Break jam 12 untuk makan siang dan sholat dan menunggu matahari melembut lagi. Jam 2 siang langit kembali mendung putih, alhamdulillaaah.. sehingga saya bisa melanjutkan lebih cepat. Selesai kurang lebih menjelang ashar.
  • Pemotretan dilakukan 2 hari, 6 item per hari. Jika anda dibantu oleh foodstylist, 12 item ini bisa anda kejar dalam sehari pemotretan.

6. Post Production
Sesi "kamar gelap digital" meliputi: photo selection, RAW editing dan converting. Ini membutuhkan penguasaan software photo management dan editing. Software bawaan kamera umumnya sudah sangat layak untuk melakukan pekerjaan ini.

- Saya menggunakan software bawaan Canon, yaitu Image Browser untuk photo management (selection) dan Digital Photo Professional untuk RAW editing dan converting.

7. Pemilihan oleh Klien
Resize foto-foto yang sudah anda pilih untuk proses pemilihan oleh klien. Untuk satu item foto, beri mereka 2-3 alternatif untuk dipilih. Konfirmasikan format file yang mereka butuhkan. Ada yang meminta JPG saja, JPG dan RAW, ada yang membutuhkan TIFF juga.

8. Final Work Submission
Burn foto-foto hi-res hasil pilihan klien dalam semua format file yang diminta ke dalam CD/DVD. Siapkan invoice, kirimkan via kurir dan tunggu transferan. Cring-cring! Alhamdulilah.. Rejeki halal! :)




2 comments:

Imaji Ridha said...

Nice sharing bu guru cantiiik. Smoga berkah ilmu dan rejekinya yah. Sangat bermanfaat nih. Catet cateeeet! Hihi. ^^

Ditunggu karya selanjutnya ya mbak.

Admin said...

Dengan memahami dan mengoptimalkan keunggulan foto produk, perusahaan dapat meningkatkan daya tarik produk dan mencapai kesuksesan dalam penjualan online.

Dari meningkatkan daya tarik hingga membangun kepercayaan konsumen, manfaat fotografi produk mencakup berbagai aspek yang memberikan dampak positif pada performa penjualan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menganggap fotografi produk sebagai investasi strategis untuk memastikan produk mereka diterima dan diapresiasi dengan baik di pasar yang kompetitif.

Begitu banyaknya layanan fotografi produk yang tersedia, bisnis memiliki opsi yang luas untuk meningkatkan presentasi produk mereka. Dari fotografi e-commerce yang fokus pada penjualan online hingga pemotretan kreatif yang menggugah selera, setiap layanan memiliki peran penting dalam membantu produk bersaing di pasar digital.